Kamis, 29 Oktober 2009

PEREMPUAN YANG TAK PERNAH KUMENGERTI



OlEh : Adi MaNsAh AlFaRuQ
Perempuan itu tak bergeming dari lelapnya, bahkan ketika kubenahi selimutnya. Wajah yang begitu damai terletak diatas bantal yang putih. Seakan dirinya tidur di taman Syurga. Sungguh, aku tak tau apa yang ia impikan.
"Kamu tak sungguh-sungguh mencintaiku. Kamu hanya kasihan padaku," ujar perempuan itu.
Aku tertegun. Sangat terkejut mendengar pernyataan yang cenderung menuduh itu.
"Tidak lebih," sakali lagi ia menandaskan sebelum sempat aku menjawabnya. "Kamu hanya kasihan padaku, tidak lebih." Aku masih saja terkejut, meski ini pernyataannya yang ketiga. Aku tetap diam. Tak hendak menjawab. Aku begitu bingung dengan pernyataannya. Namun tiba-tiba aku berpikir benarkah demikian?

Ketika pertama kali berkenalan, aku hanya berpikir bahwa dia cantik. Itu saja. Tetapi aku memang malu ternyata dia tak hanya cantik tapi wanita solehah,kaya dan terhormat. Hanya itu yang mampu menggetarkan hati dan rasaku. Satu hal yang wajar karena aku laki-laki dewasa, normal. Tapi yang ini lain, hati memang bergetar dan pandanganku pun tertegun tiada berdaya untuk menatapnya.
Aku mulai ingin tahu lebih banyak tentangnya. Informasi yang semula kuharapkan bisa menjadi bekal untuk menjajaki kemungkinan mengajaknya hidup bersama sampai tua. kusadar bahwa ternyata aku bukan laki-laki kaya dan mampu, aku hanya punya cinta dan kasih sayang. Teramat sering aku berpikir bahwa ini semua takkan pernah terjadi, untuk menikahinya, Apalagi aku sedang dalam kuliah. Terus terang inilah yang membuat aku tak percaya diri dan beryakin untuk melamarnya. Tetapi demi mendengar kisah tentangnya, aku menjadi berpikir bahwa mungkin, bahkan pasti, aku bisa membahagiakannya nanti. Seperti juga yang dialami teman-temanku yang menikah diwaktu kuliah. kudengar wanita ini terlalu sering menanyakan dan memuji diriku tapi kuanggap semua gombal dan candaan belaka, kulalu berpikir untuk segera mencari dermaga terakhir. Usiaku ternyata semakin menapak. Dan rasanya tiba waktuku untuk membina rumah tangga, yang mudah-mudahan lebih kekal ketimbang penantianku selama ini yang tiada pasti padanya.
Aku hanya lelaki bodoh, miskin,hina. Dan dia perempuan yang baik,kaya,cantik dan solehah. Jika kemudian aku memilih dia sebagai teman membina keluarga, mudah-mudahan dia bisa menerima aku apa adanya. Seperti aku akan menerimanya apa adanya. Maka kuberanikan diri untuk menyatakan suka. kutahu, kali ini pasti aku terlihat sangat norak karena tiba-tiba saja untuk pertama kalinya aku terbata dan nyaris gagap untuk sekedar mengungkap kata suka. Tetapi aku menjadi sangat tersanjung karena ternyata ia tak menertawakanku. Ia tersenyum sebagai ungkapan penerimaannya. Bahkan ada harapan untuk hidup bersamanya.
Percaya atau tidak, sekian banyak tahun berlalu tak pernah sekalipun kusentuh dia. Aku takut pada dosa. Tak bisa lupakan itu. Aku takut perilakuku akan menyakitinya jika kumembiarkan setan menguasaiku. Tapi, pernyataannya itu begitu tiba-tiba bagiku. Aku merasa tak pernah mengecewakannya. Tapi tiba-tiba aku dituduh tak sungguh-sungguh mencintainya dan sekedar kasihan padanya! Aku ingin bersikukuh dan berniat hidup dengannya. Terkadang aku pun tak mengerti bagaimana sikapnya. Terus terang akupun mulai ragu benarkah cintaku kubangun dari perasaan kasihan. Dan apakah dia juga tulus suka padaku?
Sekian waktu berlalu. Dermagaku tak jua kutemukan. Mungkin karena aku tak sungguh-sungguh mencarinya. Sekarang justru aku yang bertanya, "siapa yang sesungguhnya harus dikasihani dan mengasihani."?Aku yang tercabik oleh penampikannya yang sama sekali tak kuduga dan tak bisa kuterima atau dia yang entah mengapa berpikir demikian?
Ketika aku membuka mata, perempuan itu tengah duduk sembari memandangiku. Ia dating dan tersenyum. Cantik sekali. Aku tak sempat terlalu lama membalas tatapannya, "Astaghfirullah". Dan
"Aku mencintaimu, Aku ingin melamarmu" bisikku. "Aku ingin jadi yang halal bagimu begitu jua dengan dirimu halal bagiku". Dia tertegun dan termenung, seakan tak percaya ucapanku.
"Aku tahu kau tak sungguh-sungguh mencintaiku. Kau hanya kasihan padaku."
"Lagi-lagi kalimat itu!" dengusku.
"Kau tak memahami dirimu. Tanyakan lagi ke hatimu, pasti itu jawabannya!"
"Aku mencintamu!" "Aku ingin menikahimu"seruku.
"Kau bahkan belum menanyakannya!"
Aku bangkit dengan kesal hati.
"Begitu kasihannya kau padaku sampai-sampai kau tak akan sanggup melakukan kewajibanmu. Kau selalu takut akan menyakitiku. Benar bukan? Aku pun tak mau ini terjadi padamu. Kamu terlalu agung bagiku. Aku tak sanggup melihat kamu…"
"Aku tak sanggup. Karena takut dosa dan neraka
"Kamu tak mengerti bahwa yang terjadi padamu pun terjadi padaku. Bahwa aku tak akan sanggup hidup tanpamu karena hatiku telah terpaut padamu."
***
Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar